Minggu, 16 September 2007

Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Dagang

Fungsi Uatama dari suatu Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan tentunya mewakili 5 fungsi pada umumnya suatu sistem informasi yaitu pengumpulan data, pemrosesan data, manajemen data, pengendalian data (termasuk security), dan penghasil informasi.
Adapun beberapa konsep yang akan penulis paparkan dalam perencanaan sistem ini meliputi input, proses, dan output yang terjadi dalam suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan umum.

Input

Fungsi pengumpulan data terdiri atas memasukkan data transaski melalui formulir,
mensyahkan serta memeriksa data untuk memastikan ketepatan dan kelengkapannya. Jika
data bersifat kuantitatif, data dihitung dahulu sebelum dicatat. Jika data jauh dari lokasi
pemrosesan, maka data harus ditransmisikan lebih dahulu.
Contoh nyata:
Transaksi yang akan dimasukan pada penjurnalan, baik itu jurnal umum maupun khusus (jurnal pnerimaan kas, jurnal pembelian dan lain sebagainya) misal: Pembelian, penjualan, hutang, piutang, retur pembelian/penjualan, dll yang akan dimasukan dalam akun debet maupun kredit.
Pengecekan kembali transaksi untuk memastikan keakuratannya seperti pengecekan faktur-faktur dan berkas-berkas transaksi lainnya.

Proses

Pemrosesan data terdiri atas proses pengubahan input menjadi output. Fungsi
pemrosesan data terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengklasifikasian atau menetapkan data berdasar kategori yang telah ditetapkan.
2. Menyalin data ke dokumen atau media lain.
3. Mengurutkan, atau menysusn data menurut karaktersitiknya.
4. Mengelompokkan atau mengumpulkan transaski sejenis.
5. Menggabungkan atau mengkombinasikan dua atau lebih data atau arsip.
6. Melakukan penghitungan.
7. Peringkasan, atau penjumlahan data kuantitatif.
8. Membandingkan data untuk mendapatkan persamaan atau perbedaan yang ada

Dan dalam proses ini, diperlukan juga manajemen dan pengendalian data, agar informasi yang akan dihasilkan menjadi akurat dan mudah dipahami serta benar-benar terarah pada tujuan perusahaan (laba tentunya)
Pengendalian manajemen yang diperlukan oleh sebuah sistem informasi meliputi:
1. Pengendalian terhadap rencana induk sistem informasi, apakah desain sistem
informasi telah memenuhi garis besar dan spesifikasi yang dimaksud dalam rencana
induk.
2. Pemisahan fungsi, berbeda sedikit dengan sistem manual. Fungsi yang perlu
dipisahkan adalah:
a. Perancangan dan penyusunan program sistem
b. Operasi pengolahan data
c. Dokumentasi program dan kepustakaan
d. Seleksi dan pelatihan karyawan
e. Perlu adanya buku petunjuk operasional sistem dan prosedur yang ada
dalam sistem tersebut
f. Pengendalian anggaran

Contoh penerapan:
Posting akun-akun ke dalam buku besar pada akhir periode
Pembuatan arsip-arsip (manajemen data) agar data dapat disimpan dengan baik
Pembuatan jurnal penyesuaian guna mendapatkan data yang sebenarnya atau mengolah data yang kurang akurat
Pembuatan kertas kerja dimana neraca akan disesuaikan kembali dan akan terlihat keseimbangannya antara aktiva dan passiva begitu juga rugi dan laba.

Output
Merupakan informasi yang akan dihasilkan dari pemrosesan diatas.
Adapun hal-hal yang dapat dihasilkan dari Sistem Informasi Akuntansi ini berupa:
Laporan rugi/laba
Laporan perubahan Modal
Keseimbangan neraca
Dan lain sebagainya dimana semua itu merupakan hal-hal yang dibutuhkan untuk mengetahui kondisi perusahaan pada akhir periode dan merupakan rangkuman dari transaksi-transaksi yang terjadi. Adapun hasil akhirnya biasanya ditekankan pada perbandingan saldo pada awal dan akhir periode.

Sekian sedikit ulasan singkat tentang Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Dagang. Di blog ini penulis hanya mencantumkan gambaran umumnya, dan bilaman pembaca ingin mengetahui lebih spesifik, silahkan kirimkan email ke www.boim_thedemon@yahoo.co.id
Informasi diatas, juga berdasarkan tinjauan teoritis yang diambil dari http://www.mardhani.staff.ugm.ac.id/new/action/materi/tinjauan%20teori%20sia.pdf.

Jumat, 07 September 2007

YANG DIPERLUKAN BUKAN SILAT DAN ALAT-ALAT BERAT

Tapi bagi seorang Manajemen, keahlian yang harus dimiliki adalah keahlian untuk Berkomunikasi dan Memecahkan Masalah.
Mengapa bisa demikian???
Tentunya semua pembaca tahu, bahwa untuk menjadi seorang manajer yang cakap tidaklah harus mempunyai fisik yang kuat, sebab dalam kenyataanya pada pengelolaan perusahaan, baku hantam tidaklah diperlukan. Lalu, apa sajakah yang bisa membimbing kita menyusuri tangga putih yang akan selalu menerangi masa depan kita sebagai seorang manajer? Mental dan otaklah yang sangat diperlukan…
Mental sebagai media kita berkomunikasi, berani mengemukakan pendapat sendiri tanpa harus mengekor tangan terbanyak yang menunjuk keatas, dan tentu saja cara berkomunikasi kita haruslah dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, bukannya sembarang melempar kata-kata ke telinga orang gitu yach… Dan bilamana diperlukan, cara berkomunikasi yang diimbangi pola berpikir kita tersebut haruslah dapat memikat dan menarik perhatian orang, namun yang utama adalah membimbing lawan bicara kita ke “jalan yang benar”, dimana saat melintasi jalan tersebut, masalah yang dihadapi akan segera terselesaikan.
Namun bilamana yang dimiliki hanya salah satu dari kemampuan yang bercetak tebal diatas, itu tidak akan sepenuhnya mendukung angan-angan untuk menjadi manajer yang cakap. Sehebat apapun kemampuan komunikasi yang dimiliki, bilamana dihadapkan pada masalah, manajer tersebut hanya bisa mengangakan mulut, tak lebihlah dari tong kosong yang berbunyi nyaring. Begitu pula sebaliknya, manajer yang bisa memecahkan masalah sesulit apapun, bilamana tidak dilakukan penyampaian lewat komunikasi atau komunikasinya sangatlah buruk, maka pihak lain tidak akan mengerti dan tidak dapat memberi uluran tangan penuh pada sang manajer. Maka, solusi pemecahan masalah yang manajer tersebut punyai tak akan terwujud dengan baik.
Oleh karena itu, bagi pembaca yang ingin menapaki jalan manajer menuju kesuksesan yang telah menanti pada seuntai titik terang di ujuna jalan sana, ingatlah baik-baik tentang kedua keahlian diatas, selalu mencoba untuk dikembangkan, juga factor-faktor pendukungnya yaitu otak dan mental dimana akan menumbuhkan kepercayaan diri yang selama ini hanyalah baru berupa bibit di dalam diri kita masing-masing. Sehingga akhirnya dapat berkomunikasi dan memecahkan masalah dengan sempurna.

ksi-pertemuan 1

FCF (Five Competitive Forces)

Serem kan namanya??? Berenglish-english ria lagi. Tapi sesuai dengan namanya yang gagah dan berwibawa (emagnya Gajah Mada? ^_^) topic kali ini benar-benar bermanfaat bagi para manajer-manajerman maupan woman untuk menggapai gemilang prestasinya sebagai manajer yang handal di suatu perusahaan.
Five Competitive Forces, sebuah model klasik dari Michael Porter, walaupun ada kata “klasik”nya, belum tentu ketinggalan zaman, malah yang satu ini harus diterapkan sepanjang masa sebab merupakan pemandu yang benar bagi orang-orang yang memilih karirnya sebagai manajer. Sebab sebagai seorang manajer haruslah dapat membuat perusahaan atau organisasi yang dilakoninya untuk bertahan dan sukses berkompetisi.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dari Five Competitif Forces tersebut adalah sebagai berikut:

1. The rivalry of competitor
Rival yang berarti pesaing sederajat, atau dalam hal ini adalah perusahaan yang memiliki jenis kegiatan dan output yang sejenis. Sebagai manajer kita harus sangat memperhatikan keadaan dan situasi bukan hanya dari perusahaan sendiri, tapi juga perusahaan lain yang sejenis. Sehingga seorang manajer yang dapat membaca dan menganalisa situasi dan kondisi yang ada dalam kompetisi bisnis ini, akan dapat membimbing perusahaanya untuk selangkah lebih maju daripada pesaing-pesaingnya.
2. The threat of new entrants
Yang berarti kedatangan pendatang baru. Mengapa hal seperti ini harus diperhatikan? Sebab ada kalanya manajer sebuah perusahaan besar dan terkenal tidaklah mengacuhkan kedatangn suatu perusahaan yang baru saja berdiri dan menekuni bidang yang sejenis. Tentunya perusahaan-perusahaan yang baru itu akan terus berkembang dan bahkan melampaui perusahaan sang manajer, saat itulah manajer yang acuh tak acuh itu hanya akan bisa menggigit jari. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlulah seorang manajer memantau, bahkan bila dimungkinkan untuk berjabat tangan dengan perusahaan-perusahaan tersebut.
3. The threat of substitutes
Pilihan bagi barang substitusi (pengganti). Sebagaimana kita ketahui kondisi pasar, terutana pasar di Indonesia kita tercinta, tidaklah relative stabil. Sering kali perekonomian mencekik kantong masyarakat umum. Dan tentu saja bilamana harga barang-barang semakin melambung tinggi, maka bilamana ada barang pengganti yang seimbang dengan tipisnya kantong yang ada, maka masyarakat tentunya akan beralih begitu saja. Oleh karena itu, seorang manajer harus selalu memperhatikan dan menganalisa hal ini sehingga dapat mengarahkan produk yang dikelola agar dapat lebih dipilih baik dengan menekan harga maupun perbaikan kualitas.
4. The bargaining power of customers
Tentu saja setiap transaksi biasanya disertai penawaran, dan harga yang didapat pastilah tergantung dari kekuatan penawaran itu sendiri. seorang manajerpun harus bisa melakukan tersebut, guna mendapatkan harga bahan baku yang relatif murah dan harga jual yang tinggi.
5. The bargaining power of suppliers
Hal yang sama seperti yang diatas, namun dapat dipertegas lagi, bahwa manajer haruslah bisa berperan rangkap baik sebagai pelanggan maupun penjual.

ksi-pertemuan 2

Kamis, 06 September 2007

Perusahaan-Perusahaan Sukses dalam Pemerapan Teknologi Informasi

Profil e-Company Award 2005


Kategori: Asuransi

PT Asuransi Allianz Utama Indonesia
Peringkat : I
Nilai : 853,33
Investasi : -
Value Creation : Menjaga pertumbuhan profit perusahaan, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, mempercepat proses pengambilan keputusan strategis.

Urus Klaim pun Makin Mumpuni
Menghitung klaim asuransi secara cepat? Mengapa tidak? Kompetisi yang kian ketat memang telah mendorong para pelaku bisnis asuransi, termasuk PT Asuransi Allianz Utama Indonesia, untuk menjadi pemain serba bisa. Mereka tak cuma dituntut bisa mengidentifikasi masalah, tetapi juga melihat tren dan peluang pasar. Dan, semua ini hanya bisa dilakukan jika mereka memiliki data yang sangat mendetail mengenai penjualan dan aktivitas di lapangan, yang dalam prakteknya sudah pasti sangat membutuhkan sokongan dari kemajuan teknologi informasi (TI).

Untunglah, sejak 1997, Allianz Utama telah mengimplementasikan TI di lingkungan usahanya, mulai dari sistem ERP (1997), HRMS (2000), hingga CRM (2002). Kini, perusahaan asal Jerman ini tinggal memetik hasilnya. Contohnya, lewat sistem CRM, nasabah bisa memperoleh informasi mengenai portofolio klaim yang sebelumnya sulit menjadi lebih cepat. Mereka cukup melihat langsung di layar monitor. Sebaliknya, para agen pun bisa lebih mudah, bahkan real time, memberikan informasi mengenai polis kepada nasabahnya.

Ujung dari seluruh proyek ini memang tak jauh dari ambisi pihak manajemen Allianz Utama untuk mendongkrak kinerja usaha dan mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar. Itu sebabnya mereka tak ragu memanfaatkan benar seluruh investasi dalam proyek TI ini demi menjaga kesinambungan pertumbuhan profit perusahaan, sambil terus meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Tentunya ini hanya bisa diraih apabila para petinggi perusahaan mampu menggunakan TI sebagai alat untuk membantu pengambilan keputusan strategis. Jadi, masih mau menyangkal kalau TI pun cukup mumpuni untuk mengurusi bisnis asuransi?

PT Asuransi Astra Buana
Peringkat : II
Nilai : 705,00
Investasi : US$5 juta
Value Creation : Mempercepat pertukaran data dengan mitra bisnis, meningkatkan kepuasan pelanggan, mempercepat proses perencanaan strategi perusahaan.

Cermat Menakar Risiko Nasabah
Menjadi pemain nomor satu dalam bisnis yang dinamis sungguh tak mudah. Namun, tidak bagi PT Asuransi Astra Buana (AAB). Untuk menggapai ambisi tersebut, mereka tanpa ragu menggelontorkan US$5 juta guna menerapkan core system: Genius (General Insurance Underwriting System). Lewat sistem ini, menurut Jeny Mustopha, IT head division AAB, kelak seluruh informasi mengenai nasabah bisa dikonsolidasikan secara terpadu.

Mau tahu efek positifnya? Banyak. Mereka jadi lebih mudah memahami dan menganalisis karakter nasabah, serta mampu mengetahui besarnya kontribusi satu konsumen atau daerah terhadap pencapaian laba perusahaan. Investasi TI juga mampu mendongkrak kualitas layanan AAB, yang sebulan bisa menerima 3.000-an panggilan--sekitar 500 di antaranya merupakan panggilan darurat. Selain itu, proses pengajuan polis pun bisa lebih singkat dan mudah, yakni dari yang dulu rata-rata 12 hari, kini cukup satu hari. Begitulah kalau TI sudah jadi kuda tunggangan.


Kategori: Perbankan

PT Bank Central Asia Tbk.
Peringkat : I
Nilai : 956,57
Investasi : US$60 juta/tahun
Value Creation : Menurunkan biaya transaksi, meningkatkan daya saing, menciptakan pola pendapatan baru, menurunkan biaya komunikasi hingga 60%.

Masih Jadi Panutan
Mencermati inovasi layanan perbankan sulit tanpa menyebut BCA. Bank yang didirikan pada 1967 ini dikenal kreatif dalam menawarkan produk dan layanan. Bukan hanya lewat electronic delivery channel (EDC)-nya--seperti ATM, internet banking, mobile banking--tetapi intinya, penguasaan TI berhasil menopang pertumbuhan bisnisnya. Salah satunya, terciptanya efisiensi biaya. Ketika semua jaringan BCA terhubung online dan real time, biaya komunikasi terpangkas 50%-60%. Belum lagi penghematan biaya lembur, sewa gedung, hingga infrastruktur. "Investasi TI memiliki value yang tinggi untuk meningkatkan business return atau profit bagi BCA," kata Aswin Wirjadi, wakil presdir BCA.

Sebagai pendukung bisnis, urai Aswin, TI juga dimanfaatkan untuk pengembangan produk, selain memudahkan nasabah dalam bertransaksi. Dengan banyaknya nasabah, BCA berpeluang meraih pendapatan dari fee-based income. Data BCA menunjukkan, sampai Februari 2005, mereka memiliki 300.000-an pengguna internet banking
dengan total transaksi setahun terakhir mencapai 51 juta. Lalu untuk mobile banking terdapat 185.000 pengguna dengan 17 juta transaksi.

Sebagai transactions banking, ragam kanal pembayaran memang penting bagi BCA. Apalagi mereka memiliki 801 kantor cabang dan 6,7 juta nasabah. Maka, EDC menjadi sangat efektif bukan cuma bagi nasabah, tetapi juga bagi efisiensi operasional usaha. Sekadar contoh, transaksi lewat internet banking jauh lebih menguntungkan BCA. Bayangkan, setiap transaksi dengan tatap muka menelan biaya US$1, sementara lewat internet banking cuma US$0,1-0,2.

Memang benar, dalam memanfaatkan TI, BCA bukanlah pionir. Jarang mereka menjadi yang pertama dalam menawarkan ragam produk/layanan berbasis teknologi. Namun, implementasi TI yang mereka terapkan bukan sekadar gagah-gagahan, melainkan untuk menjawab kebutuhan nasabahnya. Jadi, TI benar-benar menjadi pilar bisnis utama BCA, sehingga wajar jika setiap tahun mereka mesti menggelontorkan dana US$60 juta untuk itu.

PT Bank Mandiri Tbk.
Peringkat : II
Nilai : 935,00
Investasi : US$200 juta
Value Creation : Integrasi sistem online dan real time, jumlah transaksi dan nasabah meningkat, kinerja meningkat dengan risiko terkontrol.

Investasi TI-nya Terbesar
Investasi TI Bank Mandiri boleh jadi yang terbesar dibanding bank-bank lainnya. Mereka mengucurkan lebih dari US$200 juta untuk merombak core banking system (eMAS Program) dan membenahi sejumlah aplikasi layanan. Itu belum termasuk biaya rutin setiap tahun. Intinya, investasi TI diarahkan sebagai strategi penunjang untuk menjadi regional champion bank.

Keberhasilan IT governance Bank Mandiri dikukuhkan dengan diraihnya "MIS Asia Innovations Award 2004". Penghargaan ini membuktikan bahwa strategi TI-nya selaras dengan strategi bisnisnya, sehingga, dalam jangka panjang, memberi nilai tambah, dan kinerja yang terukur dengan risiko yang terkelola.

Berkat sistem TI, "Transaksi nasabah cabang naik 35%, dari 19 juta pada 2003 menjadi 25 juta untuk 2004," ungkap Andreas E. Susetyo, chief informations & technology officer Bank Mandiri. Kenaikan itu 55%-nya disumbang dari transaksi elektronik.

PT Bank Niaga Tbk.
Peringkat : III
Nilai : 850,00
Investasi : Rp155,2 miliar per 2005
Value Creations : Mendukung pengembangan bisnis baru, efisiensi biaya operasional, optimalisasi SDM, mempermudah pengembangan produk dan layanan.

Ambisi Masuk Kelompok Lima Besar
Bank Niaga menjadikan TI sebagai andalan untuk masuk dalam kelompok lima bank terbesar di Tanah Air pada 2007. Pemanfaatan TI, kata Andi M. Hatta, wakil presdir Bank Niaga, memiliki nilai strategis bagi pertumbuhan perusahaan. Selain menciptakan efisiensi di sejumlah proses, TI terbukti menopang pertumbuhan bisnis baru dan memperkuat daya saing. Dan yang terpenting, lanjut Andi, meningkatkan mutu layanan nasabah. "Implementasi TI cukup efektif untuk memperbaiki proses bisnis dan membuat utilisasi SDM yang lebih optimal," ujarnya.

Bank yang meraih laba Rp660 miliar pada 2004 ini praktis berhasil melipatgandakan jumlah nasabahnya setelah memanfaatkan TI. Kalau tahun 2000 jumlah nomor rekeningnya baru 735.000, sekarang sudah 2,2 juta. Jumlah transaksi pun melonjak dari 31.000 menjadi 167.000 per hari. Dengan return of equity mencapai 39%, biaya TI hanya 10,1% dari total biaya usaha.


Kategori: Pasar Modal, Derivatif, dan Pembiayaan

PT Oto Multiartha
Peringkat : I
Nilai : 835,00
Investasi : US$4 juta
Value Creation : Produktivitas cabang naik 200%, efisiensi biaya komunikasi Rp4 juta per bulan, proses polis asuransi dari 14 hari menjadi hanya 2 hari.

Nasabah Girang, Juragan Senang
Bisnis perusahaan yang didirikan pada 1994 ini fokus di jasa pembiayaan mobil baru maupun bekas. Mereka mulai mengembangkan infrastruktur TI-nya pada 1999, diawali dengan membangun website. Kini sistem TI di perusahaan dengan 1.429 karyawan memiliki 42 kantor cabang yang terhubung online dan terintegrasi, baik untuk sistem keuangan, inventory management, asset management, maupun HR performance appraisal.

Oto Multiartha yang 76,14% sahamnya dimiliki oleh Sumitomo Corporations ini termasuk salah satu perusahaan pembiayaan kendaraan terbesar. Sampai 2004, total asetnya mencapai Rp2,6 triliun dengan ekuitas Rp679 miliar. Selama lima tahun terakhir, jumlah pembiayaan mobilnya rata-rata tumbuh 37,9%. Untuk 2004, Oto membiayai 60.000-an kendaraan dengan sekitar 70.000 nasabah.

Untuk menghadapi persaingan, Oto menempatkan TI sebagai salah satu dari empat pilar pertumbuhan, selain SDM, manajemen, dan keuangan. Sejumlah terobosan yang berhasil dibangun Oto adalah layanan B2B dengan perusahaan asuransi, e-banking payment, serta aplikasi kredit secara elektronik.

Intinya, manajemen Oto ingin pemanfaatan TI dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha. Hasilnya, urusan polis asuransi, misalnya, lewat layanan B2B, prosesnya bisa dipangkas dari 14 hari menjadi 2 hari. Layanan ini juga menciptakan pola pendapatan baru bagi Oto.

Sistem yang terintegrasi dan online mampu menghemat biaya komunikasi sampai Rp4 juta per bulan. Lalu pembuatan laporan konsolidasi menjadi lebih cepat, dari yang semula 4 hari menjadi 1 hari. Dampak lainnya, meningkatnya produktivitas cabang sampai 200%, dan produktivitas karyawan 68%. Jika dulu karyawan bekerja rata-rata 11 jam per hari, kini tinggal 7 jam.

Oto juga memanfaatkan layanan web-nya untuk meningkatkan brand image, selain mengembangkan bisnis baru, yakni Oto Virtual Dealer. Layanan ini memudahkan mitra dealer untuk memperoleh informasi dan layanan yang spesifik bagi pelanggan. Jadi, tak salah, TI memang membuat nasabah girang, pemegang saham pun senang.

PT Samuel Securities
Peringkat : II
Nilai : 787,50
Investasi : -
Value Creation : Menjadi sumber pendapatan baru, memangkas proses transaksi saham, mengurangi risiko kekeliruan alokasi aset, efisiensi biaya operasional.

Jadilah Profit Center
PT Samuel Securities, yang didirikan pada 1992, memilih melakukan outsourcing ke anak usahanya, PT e-Samuel Indonesia, untuk pengelolaan sistem TI-nya. Penggunaan TI ternyata berhasil meningkatkan kualitas layanan ke nasabah. Layanan online trading, contohnya, sangat efektif untuk transaksi saham, karena jauh lebih mudah dan cepat dibanding lewat floor trading. Cara ini jelas membuat biaya transaksi menjadi lebih murah.

Pemanfaatan TI juga mampu meningkatkan produktivitas usaha, dan menciptakan ceruk bisnis baru. "Kalau dulu TI sebagai cost center, sekarang justru menjadi profit center," kata Ihwan Martias, manajer TI Samuel. Memang, di website mereka, banyak informasi yang bisa didapat, seperti kondisi pasar, harga saham, sampai yang bersifat edukatif. Ada juga detail analisis mengenai saham dan kondisi sektor. Cuma, semuanya jelas harus membayar, dan ini menjadi sumber pendapatan baru bagi perseroan.


Kategori: Non-Consumer Goods

PT Cahaya Sakti Multi Intraco (Olympic)
Peringkat :I
Nilai :792,50
Investasi : US$1 juta
Value Creation : Mempercepat proses laporan keuangan, memangkas biaya inventori, menurunkan biaya operasional lewat penurunan biaya komunikasi.

Sukses Memantau Stok
Menyimpan ambisi rapat-rapat di laci meja, boleh jadi ini merupakan langkah yang kerap dilakukan banyak pemimpin pasar pada masa lalu. Namun, itu tidak berlaku bagi PT Cahaya Sakti Multi Intraco, produsen furnitur merek Olympic, yang selama 22 tahun terakhir ini menjadi pemain utama dalam bisnis furnitur di Indonesia. Ambisinya untuk terus mempertahankan posisinya sebagai penguasa pasar justru mendorong mereka bergerak cepat memperbaiki pengelolaan informasi yang selama ini simpang-siur di lingkungannya. Alhasil, informasi menjadi lebih transparan, mengalir serba teratur dan rapi.

Sejak 2001, perusahaan ini telah menerapkan sistem Enterprise Resources Planning (ERP), yang tujuannya untuk mengelola seluruh sumber daya perusahaan secara maksimal. Intinya adalah mengintegrasikan seluruh informasi di dalam perusahaan, di antaranya termasuk informasi mengenai keuangan, penjualan, distribusi, dan inventori. Implementasi TI yang menghabiskan 3% dari total pendapatan perusahaan pada 2001--yang senilai Rp305 miliar--ini berhasil go live pada 2002.

Hasilnya? Kini data penjualan dan stok barang bisa diperoleh lebih cepat. Bukan cuma itu, penyusunan laporan keuangan pun kini menjadi makin cepat. Jika dulu laporan keuangan baru bisa diperoleh sekitar tanggal 15 setiap bulannya, kini pada tanggal 2 laporan itu sudah ada di meja direksi.

Komunikasi antarcabang yang kini berjumlah 50 itu pun menjadi makin cepat. Maka tak heran jika biaya komunikasi bisa dipangkas hingga 50%-nya. Dan, yang paling menggembirakan tentu saja peluang untuk mengontrol stok barang, yang pada gilirannya bisa ikut memotong beban inventori hingga Rp40 miliar per bulan. Ini jelas hasil yang menggembirakan bagi manajemen Olympic, yang terus berambisi untuk menjadi penguasa pasar.

PT Panasonic Manufacturing Indonesia
Peringkat : II
Nilai : 755,00
Investasi : -
Value Creation : Mengurangi biaya operasional, memangkas biaya pembuatan produk baru.

Ciamik Mencipta Produk Baru
Untuk mempercepat proses penciptaan produk baru yang sesuai keinginan konsumen, PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) memilih memanfaatkan TI. Berkat perangkat lunak bernama CATIA yang seharga US$20.000, PMI berhasil mempersingkat proses penciptaan produk baru dari yang tadinya satu tahun, kini tinggal delapan bulan. Bahkan, ke depan, mereka berambisi melepas produk baru ke pasar setiap enam bulan sekali.

Selain memangkas umur penciptaan produk baru, implementasi TI juga meningkatkan efisiensi usaha. Pasalnya, biaya pengembangan produk baru bisa susut hingga tinggal 33%, dari yang biasanya mencapai Rp600 juta. Efisiensi lainnya didapat dari penurunan biaya inventori. Stok produk di gudang dari yang semula berumur sebulan, kini tinggal hitungan minggu. Alhasil, daya saing Panasonic pun meningkat, karena mereka dapat menawarkan produk baru dengan harga yang lebih kompetitif.


Kategori: Transportasi

Grup Blue Bird
Peringkat : I
Nilai : 780,00
Investasi : -
Value Creation : Meningkatkan response time sampai 50%, mendongkrak produktivitas, meningkatkan efisiensi.

Menjemput Lebih Awal
Sering kesal karena urusan taksi? Rasanya hampir setiap pengguna taksi, termasuk yang milik Grup Blue Bird (GBB), mengalaminya. Bedanya, untuk armada Blue Bird, kalau dulu Anda mungkin kesal karena taksi yang dipesan kerap terlambat datang, kini kesal karena taksinya datang jauh lebih awal. Padahal Anda masih sibuk dengan urusan kantor.

Kian tepat waktunya jika Anda memesan taksi GBB tak lepas dari keberhasilan mereka menerapkan teknologi informasi (TI). Sejak empat tahun lalu, GBB memang memanfaatkan Global Positioning System (GPS). Dengan teknologi itu, pihak GBB dapat dengan cepat memantau posisi armadanya di lapangan. Ini jelas memudahkan pengaturan taksi yang harus dikirim ke tempat pemesan, sehingga response time (waktu yang diperlukan mulai dari pemesanan lewat telepon hingga taksi datang) menjadi lebih pendek.

Sebelum penerapan GPS, response time GBB bisa 20-30 menit. Kini, tinggal 10-15 menit. Ini tentu akan meningkatkan produktivitas per unit taksi GBB yang kini berjumlah lebih dari 15.000 unit. Data lainnya, tujuh bulan sejak penerapan GPS pada ratusan unit taksi Silver Bird di tahun 2001, jumlah pesanan per hari meningkat dari 1.000 menjadi 2.000, atau naik 100%.

Melihat hasilnya yang positif, GBB pun kemudian memasang peralatan GPS yang senilai US$800 pada setiap unit taksinya. Harga tersebut belum termasuk perangkat lunak, perangkat keras, dan peralatan pemantau di kantor.

GPS sebenarnya cuma satu dari banyak perangkat TI yang dipakai oleh perusahaan jasa transportasi terkemuka di Indonesia ini. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, GBB pun melakukan pembenahan ke dalam dengan menerapkan sistem Enterprise Resources Planning (ERP). Penerapan ini bertujuan meningkatkan efisiensi, produktivitas, yang pada gilirannya berujung pada peningkatan profit. Ke depan, GBB berencana menerapkan sistem Customer Relationship Management (CRM). Sebab, mereka telah memiliki data yang cukup mengenai para pelanggan setianya.

PT Garuda Indonesia
Peringkat : II
Nilai : 727,50
Investasi : -
Value Creation : Mempercepat proses pengambilan keputusan strategis, meningkatkan efisiensi, mendongkrak produktivitas.

Tak Perlu Bergegas Pesan Kursi
Antre tiket atau check in di bandara? Kuno. Soalnya, berkat kemajuan teknologi informasi (TI), Anda bisa pesan tiket lewat internet ataupun ponsel. PT Garuda Indonesia menyediakan fasilitas tersebut. Bahkan tak cuma urusan pesan tiket dan check in, soal bagasi, pemeliharaan pesawat, sampai keberangkatan pun telah lama bersentuhan dengan TI. "TI menjadi alat strategis bagi manajemen untuk mengambil keputusan," ungkap Widjaya Hadinukerto, direktur TI Garuda Indonesia.

Selain membenahi hal yang bersentuhan dengan pelanggan, Garuda pun memanfaatkan TI untuk membenahi urusan internalnya. Mereka menggunakan sistem ERP. Sementara itu, pembenahan SDM dilakukan lewat sistem Crew Management System (CMS). Targetnya, selain meningkatkan efisiensi, juga untuk mendongkrak kinerja usaha. Ujung-ujungnya, tentu agar Garuda bisa tetap mempertahankan dominasinya di pasar lokal. Maklum, BUMN ini masih menguasai 50% pangsa pasar domestik.


Kategori: Distribusi, Logistik, dan Ritel

PT Matahari Putra Prima Tbk.
Peringkat : I
Nilai :790,00
Investasi : Rp200 miliar
Value Creation : Mengurangi biaya inventori dan operasional, meningkatkan akurasi stok barang, mengatur dan mengoptimalkan harga.

Makin Pintar Pilih Barang
Menebak selera konsumen memang tak mudah. Salah sedikit saja menerka keinginan mereka, stok barang di gudang bakal makin menumpuk. Dan, perusahaan pun bakal kehilangan peluang meraih penjualan yang lebih besar. Padahal, demi ambisi mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar, pemain bisnis eceran sebesar PT Matahari Putra Prima Tbk. tentu membutuhkan pertumbuhan penjualan yang signifikan. Seperti untuk tahun 2005 ini, perusahaan ini memasang target pertumbuhan hingga 25%, atau mencapai pendapatan sebesar Rp6 triliun.

Sadar akan beratnya mempertahankan ambisi ini, jauh-jauh hari mereka mencoba memperkuat seluruh fondasi bisnisnya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi (TI). Ini ditunjukkan lewat pembenahan beberapa bagian penting dalam operasional bisnis mereka, mulai dari bagian merchandising, inventori, keuangan, hingga urusan tenaga kerja.

Mereka pun tak ragu-ragu menggelontorkan modal hingga Rp200 miliar untuk membeli sistem yang dianggap cocok bagi kebutuhan tersebut. Mereka pun tak segan-segan menggabungkan sistem aplikasi informasi terkemuka, Retex dan Oracle, dengan sistem yang dibangun sendiri. "Tahun 2006 kami akan menerapkan Retex Store Inventory Management dan Retex Point of Sales," ungkap Avril Tjokrorahardjo, head of information technology PT Matahari Putra Prima Tbk.

Lewat pembaruan sistem ini, ke depan pihak manajemen bakal makin cepat mengambil keputusan penting yang ada kaitannya dengan pembelian barang, penentuan harga, hingga urusan stok. Lebih dari itu, sistem ini pun akan membantu mereka untuk memahami tren penjualan pada hampir setiap lokasi gerai, yang, ujungnya, makin mempercepat proses pengambilan keputusan pembelian barang dan menempatkannya di lokasi yang tepat pula, serta meningkatkan efisiensi dalam hal operasional usaha. Di Matahari memang terbukti betapa TI membantu mereka lebih pintar dalam memilih barang.

PT TNT Indonesia
Peringkat : II
Nilai : 756,67
Investasi : -
Value Creation : Mempercepat pengambilan keputusan, meningkatkan penjualan dan pelayanan, efisiensi di seluruh lini bisnis, mengurangi biaya transaksi pelanggan.

Memotong Lembur Karyawan
Berkat kemajuan teknologi informasi (TI), kini setiap pelanggan jasa kurir PT TNT Indonesia bisa melacak status barang yang dikirimnya secara real time. Bahkan, jika mau, mereka bisa menghitung ongkos yang mesti dibayar secara otomatis. Itu semua bisa dilakukan via internet atau PDA. Kata Harsinto, country manager TI PT TNT Indonesia, semua ini berkat implementasi TI yang dijalankan perusahaan sejak tahun 2000.

Bagi TNT, manfaat penerapan TI memang tak terhitung banyaknya. Di antaranya, mereka bisa menghemat banyak biaya. Mereka bisa memangkas lembur karyawan dari yang biasanya 3-4 jam per hari menjadi tak ada sama sekali. Selain itu, soal pasokan informasi yang biasanya memakan waktu satu-dua hari sekali, kini hampir setiap waktu dalam satu hari informasi bisa mereka peroleh. Dan, akhir semua ini adalah kepuasan pelanggan yang berdampak positif terhadap peningkatan penggunaan jasa mereka.


Kategori: Consumer Goods

PT Kalbe Farma Tbk.
Peringkat : I
Nilai : 880,00
Investasi : US$500.000 untuk sistem & Rp2-3 miliar untuk perangkat keras
Value Creation : Mempersingkat waktu pelaporan keuangan (dua minggu menjadi tiga hari), terjaminnya satu standar kualitas, efisiensi pada proses produksi.

Efisien, tapi Ekspansif
Menjadi pelopor terkadang tak enak. Kalau tidak terus berupaya meningkatkan kompetensi, bisa-bisa disalip oleh pesaing. Untunglah PT Kalbe Farma Tbk. paham kondisi ini. Menyadari ketatnya persaingan di industri farmasi, perusahaan yang kini memiliki 62 kantor cabang di dalam negeri dan 7 kantor pemasaran di luar negeri ini segera berbenah diri, termasuk dengan penerapan sistem TI.

Kalbe kini menerapkan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP), Customer Relationship Management (CRM), penanganan web perusahaan, message and flow untuk e-mail, dan bagian support. Menurut Juanito Iwan, direktur TI Kalbe Farma, implementasi sistem TI ini ditujukan sebagai tools yang menunjang proses bisnis perusahaan, di samping menjadi media untuk meningkatkan efisiensi. Ini dimungkinkan karena proses produksi yang semula manual, dengan bantuan TI bisa dijalankan secara otomatis. "Manfaat lainnya adalah makin meningkatnya kepuasan konsumen, kebutuhan informasi antarkantor cabang sudah online, termasuk juga online dengan bagian produksi," tambah Juanito.

Melihat besarnya keuntungan yang diraih perusahaan, maka tak heran jika manajemen Kalbe menganggarkan dana US$500.000 untuk sistem dan Rp2-3 miliar ke perangkat keras. Namun, dalam prakteknya, pihak manajemen tetap akan mengutamakan penerapan di lini usaha yang dianggap penting. Di antaranya, pengelolaan laporan keuangan dan perencanaan pembelian bahan baku obat.

Jika sebelumnya penyusunan laporan keuangan membutuhkan waktu sekitar dua minggu, dengan TI proses tersebut bisa dipersingkat menjadi tiga hari. Ini terjadi karena data yang dibutuhkan sudah tersedia dalam waktu yang singkat.

Sukses Kalbe dalam penerapan TI tak lepas dari peran para awaknya. Untuk mendukung peningkatan kualitas SDM TI, secara rutin Kalbe memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, termasuk juga untuk SDM di kantor-kantor cabang. Dengan strategic planning TI yang jelas plus didukung kemampuan SDM yang tinggi, ambisi Kalbe untuk menjadi perusahaan farmasi yang dikelola secara efisien tetapi tetap giat berekspansi, bakal lebih mudah tercapai.

PT BAT Indonesia
Peringkat : II
Nilai : 796,67
Investasi : -
Value Creation : Kecepatan pembayaran tembakau kepada para petani, proses pelacakan bahan baku bisa lebih mudah dan cepat, proses pembelian tembakau lebih efektif.

TI Tingkatkan Loyalitas Petani
BAT Indonesia menyandarkan penerapan TI-nya pada empat sistem utama: ERP CS3, Skyline, BATLeaf, dan CONDRO. ERP CS3, yang diterapkan sejak 1995, merupakan aplikasi utama yang dipakai di hampir semua departemen. Skyline diterapkan khusus di departemen pemasaran, untuk memantau penjualan dan stok di depot distributor di seluruh Indonesia. Untuk departemen yang memasok tembakau, dipakai aplikasi BATLeaf. Adapun produksi dipantau lewat aplikasi CONDRO.

Banyak manfaat dari implementasi TI. Soal pembayaran tembakau ke petani, jika sebelumnya BAT membutuhkan waktu 3-4 hari, kini, dengan BATLeaf, bisa selesai pada hari yang sama. Dengan aplikasi yang sama, proses traceability pun bisa lebih mudah dan cepat. Hal ini bakal mengurangi kemungkinan lolosnya tembakau yang tidak memenuhi standar yang bisa mengurangi tingkat kepuasan konsumen.

PT Dankos Laboratories Tbk.
Peringkat : III
Nilai : 793,33
Investasi : -
Value Creation : Otomatisasi kerja, tersedianya data yang lebih cepat dan akurat.

Lebih Cepat, Lebih Akurat
Implementasi TI di Dankos ditandai dengan dibentuknya departemen TI. Departemen ini memiliki tiga bagian, yaitu training & implementation, maintenance information, dan development information. Sistem TI yang dipakai adalah local-area network(LAN) dan menuju penggunaan wide-area network (WAN) dengan sasaran melakukan otomatisasi proses kerja, sehingga dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan produktivitas, kualitas, efektivitas, serta kemampuan berkompetisi perusahaan.

Soal pengukuran investasi dengan hasil, Husein, manajer TI Dankos, menuturkan, "Kami menggunakan parameter kecepatan dan akurasi informasi yang dihasilkan untuk pengambilan keputusan." Dankos memang memperoleh nilai tambah dengan terjadinya proses otomatisasi kerja dan ketersediaan data secara cepat dan akurat. Pihak manajemen bisa mengambil keputusan secara cepat dan tepat.


Kategori: Pertambangan dan Energi

Schlumberger
Peringkat : I
Nilai : 840,00
Investasi : -
Value Creation : penurunan total cost, efisiensi waktu, pengurangan digital divide di masyarakat.

Ikut Mengurangi Digital Divide Masyarakat
Perusahaan yang telah berusia lebih dari 80 tahun ini kian memperkuat komitmennya untuk terus mengembangkan berbagai inovasi di bidang teknologi. Maka tak heran jika perusahaan pemasok jasa dan teknologi pada industri perminyakan berskala internasional ini menginvestasikan dana riset dan pengembangan sebesar US$467 juta pada 2004.

Untuk kepentingan internal, Novie Hernawati, manajer pemasaran Schlumberger, menjelaskan bahwa aplikasi TI yang mereka pakai meliputi sistem HRD (monitor permintaan cuti, data kesehatan, sistem laporan, dan penerapan quality, health, safety, and environment) baik di kantor maupun di lapangan, sistem LDAP atau database karyawan Schlumberger di seluruh dunia, online research center, self-help IT Problem, dan sebagainya.

Selain bertujuan memperlancar berbagai aktivitas internal perusahaan, Schlumberger juga menerapkan TI untuk mempererat hubungan antara perusahaan dan masyarakat. Salah satunya lewat program kemanusiaan yang disebut SEED (Schlumberger Excellence in Educational Development). Sistem ini dimaksudkan untuk membagi pengalaman dan pengetahuan di bidang TI dan bidang lainnya. "Diharapkan, dengan program ini, kami bisa membantu mengurangi digital divide di masyarakat," ucap Novie.

Komitmen untuk ikut mengurangi kesenjangan teknologi di masyarakat tentu memperbesar nilai tambah penerapan TI yang telah dirasakan selama ini, yakni sukses lewat cara outsourcing, sehingga memungkinkan perusahaan fokus dalam menjalankan core business-nya. Dampaknya, sasaran pun bakal lebih mudah dicapai. "Goal kami adalah menjadi pemimpin pasar system integrator yang berskala internasional," kata Novie.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan menyiapkan sistem pengukuran antara nilai tambah yang dihasilkan dan investasi yang dikeluarkan, yang didasarkan pada pengukuran Service Level Agreements (SLA). Selain faktor teknologi dan hubungan dengan komunitas luar, faktor lainnya adalah dukungan SDM yang menjadi pelaku utama penerapan TI. Untuk hal tersebut, perusahaan telah menyediakan fasilitas training center dan pelatihan-pelatihan internal.

PT Pamapersada Nusantara
Peringkat : II
Nilai : 795,00
Investasi : Rp16 miliar (2005)
Value Creation : peningkatan laba bersih, peningkatan kinerja alat-alat berat dengan availability mencapai 88%, penurunan dead stock sparepart, peningkatan
pangsa pasar hingga hampir 48%.

Berkat TI, Laba Meningkat
Bermula dari divisi rental PT United Tractors, PT Pamapersada Nusantara (PAMA) kian mengukuhkan keberadaannya sebagai kontraktor pertambangan terkemuka di Indonesia. Ini diperkuat lewat pencanangan proyek implementasi TI mereka pada 1998.

Proses itu kian berkembang dengan dilakukannya uji coba GPS pada 2004 untuk pemantauan posisi alat berat, khususnya hauling truck yang mengangkut batu bara dari lokasi tambang ke pelabuhan. "Hasilnya cukup bagus, produktivitas meningkat dan dapat menurunkan jumlah kecelakaan di jalan tambang," ungkap Yose Oktavi Azmiral, IT department head PAMA.

Meski kesulitan memformulasikan pengukuran ROI untuk implementasi TI, banyak nilai tambah yang bisa dipetik dari proses tersebut. Misalnya, peningkatan laba bersih sebesar 9%-10% dari tahun sebelumnya, peningkatan kinerja alat-alat berat dengan availability mencapai 88%, penurunan dead stock sparepart karena tidak ada lagi salah order, dan sebagainya.

PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.
Peringkat : III
Nilai : 690,00
Investasi : -
Value Creation : perbaikan dan percepatan proses bisnis, peningkatan kualitas produk, pembayaran yang lebih cepat kepada pemasok, peningkatan laba.

Kendala Teratasi hingga 80%
Proses bisnis yang beragam menuntut Bukit Asam untuk menerapkan sistem Enterprise Resources Planning(ERP). Kondisi tersebut sejalan dengan tujuan perusahaan yang meraih omzet lebih dari Rp2,5 triliun pada 2004 ini untuk memberikan layanan aplikasi dan informasi yang tepat dan cepat, serta agar proses bisnis dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Menurut Endang Purnomo, manajer sistem informasi Bukit Asam, langkah ini dibarengi dengan program pelatihan, termasuk di departemen TI. Hasilnya, sekitar 80% kendala bisa diatasi. Penerapan sistem TI ini pun menghasilkan berbagai dampak positif, seperti perbaikan dan percepatan proses bisnis, konsumen bisa memperoleh produk yang lebih baik, pembayaran lebih cepat, dan sebagainya.